Huawei P50 Pro Resmi Melenggang di Indonesia

Ponsel terbaru Huawei akhirnya resmi meluncur, yakni flagship dengan seri P50 Pro di pasar Indonesia. Kini Huawei P50 Pro sudah bisa di pesan dengan harga per/unit Rp. 15 juta. Harganya memang cukup mahal, tetapi jika diketahui ponsel ini memboyong keunggulan yang tak biasa yakni kebolehan empat kamera belakang berlisensi Leica.

Serta, kelebihan lain seperti fitur fast charging 66 watt, adanya sertifikasi anti-debu dan air dengan rating IP68 yang membuat ponsel ini masih dapat bertahan di dalam air sedalam 1,5 meter selama 30 menit. Sayangnya sekelas flagship ini tak dibekali dengan layanan dan aplikasi Google (Google Mobile Services/GMS) sekalipun banderolnya tinggi Rp. 15 juta.

Bukan hanya itu, bahkan ponsel ini tidak di dukung dengan jaringan konektivitas 5G. Padahal layanan 5G saat ini menjadi salah satu jaringan populer dan mutakhir yang sering dipatenkan pada smartphone kelas atas yang dijual di Tanah Air.

Apalagi Indonesia telah mulai memasuki era komersialisasi jaringan 5G. Alasan mengapa Huawei P50 Pro tidak mendukung konektivitas 5G yakni karena memang tidak diotaki dengab chipset 5G. Alih-alih versi 5G, ponsel flagship ini justru diotaki oleh chipset Snapdragon 888 4G bikinan Qualcomm.

Melalui sebuah acara tanya-jawab bersama rekan media usai peluncuran daring P50 Pro, Training Director Huawei Consumer Business Group Indonesia yakn Edy Supartono mengungkapkan alasan di balik penggunaan chipset Snapdragon 888 versi 4G pada ponsel flagship barunya.

“Kenapa memilih Snapdragon 888 4G, karena sebenarnya kami melihat bahwa, meski sudah berjalan, pertumbuhan 5G di Indonesia masih cukup lama. Mungkin bisa sekitar dua tahunan lagi,” jelas Edy.

Menurutnya, alangkah lebih baik jika konsumen Huawei menikmati fitur yang bisa langsung dirasakan saat ini. Ini tentu mengingat perkembangan jaringan 5G di Indonesia yang masih terpusat di kota-kota besar.

“5G memang bagus dan cepat, tapi kan baru bisa dinikmati nanti kalau sudah ada. Menurut kami, mending menikmati fasilitas yang ada dari Snapdragon 888 4G saat ini untuk penggunaan sehari-hari yang lebih produktif,” imbuhnya.

BACA JUGA  Kini Android Go Semakin Berat Berjalan di HP Murah

Bisa dibilang chipset Snapdragon 888 adalah chip yang sudah cukup berumur. Chipset ini diluncurkan oleh Qualcomm pada akhir 2020 lalu. Bahkan telah ada dua chipset baru yang dirilis Qualcomm, yaitu Snapdragon 888+ pada Juni 2020 dan Snapdragon 8 Gen 1 pada Desember 2021.

Tidak Ada Layanan Google

Masih sama seperti pendahulunya yakni smartphone Huawei P40 Pro yang telah lebih dulu ada, Huawei P50 Pro tidak menjalankan sistem operasi Android dan tidak dibekali dengan layanan dan aplikasi Google (Google Mobile Services/GMS).

Artinya pengguna P50 Pro tidak bisa mengunduh aplikasi dari Play Store, menonton video dari aplikasi YouTube, melihat peta di Google Maps, mengedit dokumen di Google Drive, dan tidak bisa mengakses semua layanan Google lainnya secara bawaan.

Mengutip Kompas Tekno, Sabtu (12/02/2022) berdasarkan pengalamannya tersebut pengguna harus mengakses layanan Google tersebut melalui browser untuk bisa menggunakannya, tidak bisa dari aplikasi bawaan seperti smartphone Android lainnya.

Sebagai ganti Google Mobile Services, ponsel Huawei tersebut mengandalkan ekosistem buatan sendiri yang bernama Huawei Mobile Services atau (HMS), dengan toko aplikasi yang bernama Huawei AppGallery. Sejauh ini, pihak Huawei sendiri mengeklaim bahwa hampir semua aplikasi yang ada di Google Play Store juga tersedia di  Huawei AppGallery.

“Sebanyak 95 persen aplikasi itu sudah bisa di-download lewat App Gallery. Saya bisa bilang semua (aplikasi) ada di AppGallery, apalagi aplikasi harian seperti media sosial, finansial, editing, dan lainnya. Jadi tidak perlu khawatir,” jelas Edy.

Seperti yang telah diketahui bahwa ponsel P40 Pro juga tidak dibekali GMS. Untuk beberapa aplikasi populer seperti Grab, Shopee, Tokopedia terpantau sudah tersedia di AppGallery. Bukan hanya itu, aplikasi lainnya juga tersedia di AppGallery milik Huawei yang di antaranya ada aplikasi untuk layanan keunagan seperti BCA Mobile, BRImo BRI, BNI Mobile Banking, Dana, hingga aplikasi berita dan video-on-demand.

Terkhusus aplikasi ojek online, Huawei mengatakan jika pihaknya sudah bekerja sama dengan Grab dalam menyediakan layanan. Sementara untuk di ponsel Android, aplikasi Grab biasanya mengandalkan layanan peta dari Google Maps.

BACA JUGA  Ini Cara Main Google Games Dino tanpa Terputus ke Internet!

Lantaran tidak adanya GMS, menurut Edy aplikasi Grab di AppGallery mengandalkan layanan peta dari Huawei.

“Aplikasi Grab sudah siap dipakai pada ponsel ini, dan benar-benar ekspektasi penggunaan aplikasi Grab dari AppGallery ini sama persis dengan toko aplikasi lain (Play Store),” terangnya.

Ponsel Huawei P40 Pro, aplikasi Grab yang dipasang melalui AppGallery Huawei memiliki tampilan yang sama seperti aplikasi Grab yang dipasang melalui Google Play Store. Pengguna juga tidak perlu khawatir karena aplikasi Grab di ponsel Huawei tanpa GMS juga bisa berjalan seperti biasa, sangat baik. Sayangnya tidak diketahui secara pasti bagaimana soal kelengkapan layanan peta yang diberikan Huawei untuk aplikasi ojek online pada ponselnya tersebut.

Buntut Sanksi dari AS

Huawei memang tak mengungkap secara terang-terangan soal penggunaan chipset Snapdragon 888 versi 4G serta tak adanya layanan Google di ponsel P50 Pro ini yang nampaknya merupakan efek dari pemblokiran Huawei oleh Amerika Serikat (AS).

Sebagai informasi, nama Huawei telah masuk daftar hitam (entity list) pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada 2019 lalu. Akibat inilah menjadikan Huawei tidak diperbolehkan untuk melakukan transaksi termasuknya pada hal jual-beli komponen dan software- tanpa persetujuan pemerintah AS.

Adapun misal pembatasan transaksi tersebut seperti Huawei yang tidak bisa menggunakan chip buatan perusahaan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) dan tidak bisa menggunakan modem 5G dari Qualcomm. Lalu untuk segi software, entity list membuat Huawei tidak bisa lagi menyertakan layanan Google Mobile Service (GMS) di deretan ponselnya sekalipun untuk seri terbaru kali ini.

Dengan kata lain ponsel Huawei tidak bakal memiliki aplikasi YouTube, Gmail, Play Store, dan layanan Google lainnya secara bawaan. Ketiadaan ekosistem GMS ini disebut menjadi batu sandungan besar bagi jajaran ponsel Huawei, termasuknya untuk pasar di luar China, seperti Indonesia, yang konsumennya sudah terbiasa dengan aneka layanan Google tersebut.