Sampai saat ini masih cukup banyak yang menganggap bahwa lamaran itu adalah tunangan, dan sebaliknya. Tahukah kamu bahwa keduanya merupakan momen yang berbeda.
Meskipun acara tunangan atau lamaran sama, yakni memasangkan cincin ke jari manis pasangan. Akan tetapi untuk pengertiannya sendiri, keduanya sangatlah berbeda. Bahkan kekuatan hubungan saat telah bertunangan atau saat sudah lamaran juga mempengaruhi status sepasang kekasih. Disinilah inti perbedaan tersebut.
Perbedaan Pertunangan dan Lamaran
Pertunangan adalah sebuah Acara Seremonial Memperjelas Hubungan. Mengutip dari beberapa sumber, tunangan tidak harus atau tidak wajib dilakukan lantaran hanya untuk memperjelas hubungan, begitulah anggapan banyak orang. Tetapi disini ada juga yang beranggapan bahwa tunangan merupakan hal penting untuk meyakinkan pasangan atau mempererat hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Umumnya, acara pertunangan digelar di depan keluarga kedua belah pihak. Kemudian sepasang kekasih akan saling menyematkan cincin sebagai simbol keseriusan mereka untuk menjadi suami istri. Sayangnya, hal inilah yang dianggap oleh beberapa pihak bahwa acara pertunangan tidak perlu dilakukan. Mengapa demikian?
Karena hal itu di anggap tidak sekuat lamaran yang biasanya merupakan salah satu proses yang ‘PASTI’ menuju jenjang pernikahan. Disamping itu waktu pertunangan menuju pernikahan diangap juga terbilang lama alias tidak seperti lamaran yang mayoritas hanya menunggu hari atau minggu saja.
Lamaran adalah Salah Satu Proses Pasti Menuju Pernikahan dan Cenderung Diikuti Acara Adat setempat. Di Indonesia sendiri, lamaran merupakan salah satu proses pasti untuk menuju tahap pernikahan. Dengan kata lain lamaran tak akan membuat sepasang kekasih menunggu lama lagi menyandang status suami istri. Inilah alasan mengapa banyak pihak yang menganggap ritual melamar lebih kuat dibandingkan pertunangan.
Ketika seorang pria hendak melamar kekasih, maka orang tua beserta anak dari pihak pelamar harus mendatangi rumah calon menantu dan membawa seserahan. Umumnya ritual ini bertujuan untuk meminta izin atau persetujuan kepada pihak wanita khususnya kedua orangtua agar perempuan yang dipinang direstui oleh kedua orang tuanya.
Bisa jadi setiap wilayah atau daerah mempunyai cara tersendiri sebagai tanda yang di anggap sah untuk meminta restu. Jadi, adat tersebut tentu tergantung tempat tinggal masing-masing. Bahkan ada pula ritual agama yang dilakukan ketika keluarga si pria mendatangi rumah keluarga calon menantu dan itu berlangsung formal.
Dalam acara lamaran, menyematkan cincin di jadi manis sepasang kekasih adalah inti dari momen tersebut. Hal ini sebagaimana umumnya yang menganggap bahwa sepasang kekasih yang telah melakukan proses lamaran tidak boleh mengingkari janji dan harus menggelar pernikahan dalam waktu yang tidak lama.
Pertunangan Biasanya Tidak Menjadi Tolok Ukur Menuju ke Jenjang Pernikahan
Kini, kebanyakan dan khususnya orang Jawa memilih untuk lamaran dibanding pertunangan ya meskipun tidak setiap orang. Tujuannya agar tidak memperpanjang moment, terutama menghemat budget. Karena pertunangan sendiri merupakan bentuk seremonial semata.
Sekali lagi, meskipun seseorang menggelar acara pertunangan dan mengikatkan cincin di jari manis, akan tetapi hal itu dianggap informal dan tak sekuat lamaran.
Bukan hanya itu saja, pertunangan juga sering dianggap hanya mengubah status pacaran ke jenjang lebih serius. Jadi cukup berbeda dengan lamaran yang dinilai sebuah ritual pasti ke jenjang pernikahan apalagi selalu diikuti acara adat dan sangat formal.
Belum lagi untuk jarak pertunangan menuju pernikahan juga dianggap tidak pasti atau biasanya terbilang lama. Di sisi lain, lamaran merupakan salah satu proses pasti menuju pernikahan yang biasanya sudah di tentukan tanggalnya.
Jadi jangan salah lagi, mana momen pertunangan dan mana yang lamaran.