Belakangan ini, India telah mengalami serangan gelombang panas yang sangat ekstrem. Ini bukan pertama kalinya terjadi, di mana tahun lalu, gelombang panas di India bahkan menyebabkan kematian puluhan orang, merusak hasil panen, dan bahkan sampai bisa membakar tempat pembuangan sampah di Delhi, hingga menghasilkan asap beracun.
Di negara bagian Uttar Pradesh, suhu panas di sana bahkan menyentuh angka 115 derajat Fahrenheit (46,1 derajat Celsius). Suhu panas tersebut pun memicu lebih dari 300 kasus kebakaran hutan di seluruh India.
Walaupun masyarakat Indonesia juga membicarakan kejadian cuaca panas, akan tetapi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI menyatakan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia beberapa waktu terakhir tidak disebabkan oleh gelombang panas seperti yang terjadi di nega India tersebut.
Menurut analisa dari pihak BMKG, gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim diartikan sebagai periode cuaca dengan peningkatan suhu yang signifikan dan tidak biasa. Hal ini terjadi setidaknya selama lima hari berturut-turut atau bahkan bisa lebih.
India Memiliki Resiko Gelombang Panas Tinggi
Peristiwa gelombang panas yang melanda negara India telah menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan dapat menjadi “kenormalan” yang disebabkan oleh perubahan iklim dan deforestasi atau penebangan hutan.
Selain itu, dari penelitian terbaru, India memiliki risiko bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara lain pada saat gelombang panas seperti ini terjadi. Namun, peneliti menilai bahwa pemerintah masih menganggap ancaman tersebut sebagai hal yang sepele.
Padahal dampak yang diberikan dari gelombang panas di India tersebut sangat berpotensi meningkatkan risiko masalah kesehatan masyarakat setempat hingga 90 persen dari seluruh negara. Mulai dari sengatan panas, kekurangan pangan, hingga paling parah bisa menyebabkan kematian.
Selain itu, para peneliti juga mencatat jiaka gelombang panas yang menyerang India tersebut bisa menjadi penghambat perekonomian dan tujuan pembangunan negara tersebut kedepannya.
“Gelombang panas menyebabkan beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya. India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif,” tulis peneliti Cambridge dikutip dari laman Inet.Detik.
Selain sejumlah masalah di atas tadi, ternyata gelombang panas ekstream yang terjadi di India juga berdampak pada sekolah-sekolah harus ditutup karena suhu di siang hari dapat mencapai 104 derajat Fahrenheit (40 derajat Celsius) selama beberapa hari berturut-turut.
Sampai saat ini, setidaknya 13 orang di India dilaporkan meninggal dunia akibat gelombang panas tahun 2023 ini, sementara puluhan orang lainnya harus dirawat di rumah sakit. Masalah kematian akibat gelombang panas di India sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Dalam waktu 30 tahun terakhir saja, tercatat setidaknya ada 24 ribu orang telah dilaporkan meninggal dunia akibat gelombang panas di India. Perubahan iklim yang terjadi membuat India menjadi 100 kali lebih rentan terhadap gelombang panas.
Gelombang Panas di India Sampai Membuat Aspal Meleleh
Gelombang panas yang terjadi di India tidak hanya menyebabkan kebakaran hutan dan kematian, tetapi juga bisa melelehkan aspal di jalan-jalan. Contohnya yang terjadi sekarang di kota Ahmedabad.
Suhu yang sangat tinggi mengakibatkan aspal mencair di jalan yang membentang sepanjang 200 meter antara jembatan Chandra Shekhar Azad dan Adajan Patiya di Surat. Surat Municipal Corporation (SMC) melakukan beberapa tindakan untuk menangani masalah ini.
“Perawatan jalan dilakukan menjelang musim hujan untuk memastikan jalanan tidak rusak. Aspal cair dapat mencegah air merembes ke jalan dan kondisinya tetap baik untuk waktu yang lama. Kualitas material yang digunakan dan proses yang dilakukan sudah sesuai standar yang dipersyaratkan. Setelah ditaburi lapisan debu batu, semoga masalah tersebut dapat teratasi ” ucap petugas SMC dikutip dari Times of India.
Kejadian aspal meleleh di India bukanlah untuk yang pertama kalinya terjadi di kota Ahmedabad. Sebelumnya pada bulan lalu, jalan Sudram Nagar sepanjang 1,5 km juga meleleh aspalnya karena tak tahan dengan suhu udara yang sangat panas di daerah tersebut.
“Sudah ada beberapa pekerjaan pelapisan ulang jalan di kota selama sebulan terakhir. Tapi jalan Sudram Nagar nampaknya menjadi satu-satunya jalan di kota yang aspalnya mencair,” pungkasnya.